TASIKMALAYA, NewsTasikmalaya.com – Berbeda dengan kebanyakan pemudik yang menggunakan kendaraan bermotor atau transportasi umum, Uus, seorang perantau dari Cikarang, Kabupaten Bekasi, memilih mengayuh sepeda untuk pulang ke kampung halamannya di Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya.
Tradisi ini sudah ia jalani sejak tahun 2021, menjadikan perjalanan mudik sebagai tantangan sekaligus pengalaman berharga.
Berangkat dari Cikarang pada 27 Maret 2025 pukul 14.00 WIB, Uus memperkirakan akan tiba di rumahnya sekitar pukul 17.00 WIB keesokan harinya, setelah menempuh perjalanan sekitar 28 jam.
"Ini sudah keempat kalinya saya mudik pakai sepeda. Kalau capek, ya istirahat. Saya memang sudah terbiasa karena setiap hari kerja juga pakai sepeda," ujar Uus saat ditemui di Jalur Gentong, Tasikmalaya, Jumat (28/3/2025) sore.
Sebagai seorang pekerja di pabrik di Cikarang, Uus mengaku bahwa bersepeda bukan hanya sekadar menghemat biaya, tetapi lebih karena hobi.
"Bukan soal hemat ongkos, tapi memang sudah terbiasa. Rasanya lebih puas kalau sampai kampung halaman dengan usaha sendiri," ungkapnya.
Selama perjalanan, Uus beberapa kali beristirahat di titik-titik tertentu, seperti Puncak Pinus (Cariu), Ciranjang, Cipatat, Padalarang, Nagreg, hingga Malangbong sebelum akhirnya memasuki wilayah Tasikmalaya.
"Setiap beberapa jam pasti berhenti dulu, istirahat sejenak biar gak terlalu capek," tambahnya.
Dalam perjalanan panjangnya, Uus hanya membawa perbekalan secukupnya, termasuk pakaian ganti dan oleh-oleh untuk keluarga di kampung.
"Gak banyak barang, cukup baju ganti dan sedikit oleh-oleh," katanya.
Meski melakukan perjalanan panjang dengan sepeda, ia tetap mengutamakan keselamatan dengan memakai helm, sarung tangan, kacamata, dan masker untuk melindungi diri dari debu serta asap kendaraan.
Uus juga mengamati perbedaan jalur yang ia lewati. Menurutnya, rute melalui Cariu lebih menantang dengan tanjakan dan turunan, sedangkan jalur Purwakarta lebih landai. Namun, ia mencatat bahwa beberapa bagian rute Cariu masih minim pemukiman, hanya dikelilingi kawasan industri.
"Kalau lewat Cariu, tanjakannya ada, tapi ada juga bonus turunan. Beda dengan jalur Purwakarta yang lebih landai. Tantangannya, di beberapa titik jalannya sepi, cuma ada pabrik di kiri-kanan," tutupnya.
Mudik dengan sepeda bagi Uus bukan sekadar perjalanan pulang kampung, tetapi juga pengalaman berharga yang memberi kepuasan dan tantangan tersendiri.