Ikuti Kami :

Disarankan:

Kasus Asusila di Kabupaten Tasikmalaya Meningkat, Psikolog Soroti Minimnya Pendidikan Moral dan Seksual

Sabtu, 17 Mei 2025 | 12:32 WIB
Kasus Asusila di Kabupaten Tasikmalaya Meningkat, Psikolog Soroti Minimnya Pendidikan Moral dan Seksual
Kasus Asusila di Kabupaten Tasikmalaya Meningkat, Psikolog Soroti Minimnya Pendidikan Moral dan Seksual. Foto: NewsTasikmalaya.com/Istimewa.

Peningkatan kasus asusila di Kabupaten Tasikmalaya menjadi sorotan serius berbagai pihak. Psikolog Rinnie Riannydewi menilai kondisi ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor sosial dan pendidikan yang perlu segera dibenahi.

TASIKMALAYA, NewsTasikmalaya.com — Peningkatan kasus asusila di Kabupaten Tasikmalaya menjadi sorotan serius berbagai pihak. Psikolog Rinnie Riannydewi menilai kondisi ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor sosial dan pendidikan yang perlu segera dibenahi.

Minimnya Teladan dalam Pendidikan Moral

Menurut Rinnie, salah satu akar permasalahan terletak pada ketimpangan antara pengajaran moral secara teori dan praktik di lapangan. 

“Banyak institusi pendidikan hanya mengajarkan nilai-nilai moral secara konseptual, tanpa diiringi dengan keteladanan akhlak dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya, Sabtu (17/5/2025).

Akibatnya, lanjut dia, para siswa tidak menginternalisasi nilai moral dalam perilaku mereka, melainkan hanya memahami sebagai materi pelajaran semata.

Kontrol Diri Lemah, Hawa Nafsu Dominan

Rinnie juga menyoroti lemahnya kontrol diri masyarakat dalam menyikapi persoalan hidup, yang kemudian mendorong tindakan menyimpang. 

“Dominasi hawa nafsu atau impuls menjadi pemicu perilaku asusila. Ketika dorongan emosional tidak dikelola dengan baik, maka tindakan tidak bermoral lebih mudah terjadi,” jelasnya.

Pendidikan Seksual Masih Dianggap Tabu

Ia menambahkan, kurangnya pendidikan seksual dan moral di lingkungan keluarga dan sekolah juga menjadi faktor krusial. Masih banyak orang tua yang menganggap topik seksualitas sebagai hal yang tabu, sehingga anak-anak tumbuh tanpa pemahaman yang benar.

“Ditambah lagi, pengaruh media sosial yang tidak terkontrol semakin memperparah kondisi ini. Anak-anak terpapar informasi tanpa pendampingan yang memadai,” katanya.

Ketidakseimbangan Pola Asuh Keluarga

Dalam konteks keluarga, Rinnie menilai banyak orang tua yang lebih fokus pada aspek hafalan agama seperti tahfidz, namun mengabaikan kebutuhan emosional dan spiritual anak. 

“Nilai-nilai seperti ketawadhuan, empati, serta pengendalian diri tidak banyak diajarkan, padahal sangat penting dalam pembentukan karakter,” tambahnya.

Peran Pemerintah dan Kolaborasi Lintas Sektor

Untuk mengatasi persoalan ini, Rinnie menekankan pentingnya peran aktif pemerintah dalam merancang kebijakan edukatif. 

“Pemerintah harus melibatkan para ahli untuk menyusun program pendidikan moral dan seksual sejak dini, yang berorientasi pada pembentukan karakter anak,” tegasnya.

Ia juga mendorong kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan pemerintah dalam menciptakan lingkungan sosial yang sehat dan mendukung tumbuh kembang anak secara holistik.

Kasus-kasus asusila yang terus meningkat ini menjadi alarm bagi semua pihak untuk lebih serius dalam menciptakan sistem pendidikan dan pengasuhan yang seimbang. Diharapkan, dengan langkah nyata dan kerja sama lintas sektor, generasi muda Tasikmalaya dapat tumbuh dengan nilai moral yang kuat dan terhindar dari perilaku menyimpang.

Editor
Link Disalin