Peternak Ayam Priangan Timur Desak Pemerintah Lindungi Budidaya Ayam Pejantan dari Dominasi Perusahaan Besar

CIAMIS, NewsTasikmalaya.com – Para peternak ayam di wilayah Priangan Timur, meliputi Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Banjar, dan Kuningan mendesak pemerintah untuk segera mengeluarkan regulasi yang melindungi usaha budidaya ayam layer jantan (pejantan) dari dominasi perusahaan besar (integrated).

Desakan tersebut mencuat dalam acara halal bihalal Kerukunan Peternak Ayam Priangan Timur yang digelar di Rumah Makan Ampera Gunung Cupu, Ciamis, Rabu (30/4/2025) siang. Acara ini dihadiri sekitar 250 pelaku usaha perunggasan, mulai dari peternak ayam broiler, pejantan, petelur, hingga pelaku usaha pakan, obat-obatan, dan rumah potong unggas.

Ketua Perkumpulan Peternak Ayam Priangan (P2AP), H. Komar Hermawan, menyampaikan bahwa kondisi perunggasan rakyat saat ini sangat memprihatinkan. Harga ayam broiler di tingkat peternak anjlok drastis hingga Rp 11.000–Rp 12.000 per kilogram, jauh di bawah harga pokok produksi.

"Perunggasan rakyat, terutama untuk ayam pejantan, terancam tergeser oleh masuknya perusahaan besar. Kami sudah menyampaikan aspirasi ke DPR RI dan Kementerian Pertanian agar ada perlindungan bagi peternak rakyat," ujar H. Komar.

Tokoh perunggasan lainnya, H. Wandi dari Tanjung Mulia Grup, menyebut Ciamis pernah menjadi sentra utama ayam broiler di Jawa Barat. Namun kini, sekitar 95 persen budidaya ayam broiler telah dikuasai perusahaan besar, menyisakan hanya 5 persen untuk peternak mandiri.

"Harapan kami sekarang bergantung pada budidaya ayam pejantan. Jangan sampai nasibnya seperti ayam broiler," ujarnya.

Sementara itu, H. Udin, tokoh perunggasan senior, menegaskan pentingnya menjaga eksistensi ayam pejantan sebagai bagian dari perunggasan rakyat.

"Jangan sampai ayam pejantan direbut lagi oleh perusahaan besar. Ini harus dipertahankan oleh rakyat," tegasnya.

Sekretaris P2AP, H. Koswara Suwarman, menjelaskan bahwa peternak di Ciamis sudah sejak 30 tahun lalu membudidayakan ayam pejantan dari limbah DOC ayam petelur. Budidaya tersebut kini menyuplai sekitar 75 persen dari 1 juta ekor pejantan per minggu ke pasar Jabodetabek, Bandung, dan Cirebon.

"Namun kini, ada kekhawatiran perusahaan besar mulai masuk ke sektor ini. Pemerintah harus turun tangan melalui regulasi agar perunggasan rakyat tidak kembali tergusur," katanya.

Anggota Komisi IV DPR RI, Ir. H. Herry Dermawan, yang hadir dalam acara tersebut menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan perlindungan bagi budidaya ayam pejantan. Ia juga mendorong agar ayam pejantan diakui sebagai sumber utama protein, sejajar dengan ayam broiler dan petelur.

"Saya siap memperjuangkan hal ini hingga ke tingkat nasional, termasuk melarang perusahaan besar masuk ke usaha budidaya ayam pejantan," tegas Herry, yang juga menjabat sebagai Ketua Gabungan Organisasi Peternakan Ayam Nasional (GO PAN).

Adapun harga ayam broiler yang sempat jatuh ke Rp 10.000–Rp 13.000 per kilogram di berbagai daerah, menurut Herry, mulai menunjukkan kenaikan dalam sepekan terakhir. Ia berharap harga dapat kembali stabil di atas Rp 17.000 per kilogram pada pertengahan Mei mendatang.