Ikuti Kami :

Disarankan:

Sale Basah BNAN, Camilan Tradisional Khas Ciamis yang Bertahan di Tengah Gempuran Produk Modern

Kamis, 01 Mei 2025 | 13:00 WIB
Sale Basah BNAN, Camilan Tradisional Khas Ciamis yang Bertahan di Tengah Gempuran Produk Modern
Sale Basah BNAN, Camilan Tradisional Khas Ciamis yang Bertahan di Tengah Gempuran Produk Modern. Foto: NewsTasikmalaya.com/Istimewa.

Di tengah maraknya camilan modern, sale basah khas Ciamis tetap eksis sebagai primadona kuliner tradisional. Salah satu pelestari camilan berbahan dasar pisang ini adalah Iis Holisoh, pemilik usaha BNAN yang berdiri sejak 9 Agustus 2014 di Dusun Desakolot, Desa Kertaharja, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.

CIAMIS, NewsTasikmalaya.com – Di tengah maraknya camilan modern, sale basah khas Ciamis tetap eksis sebagai primadona kuliner tradisional. Salah satu pelestari camilan berbahan dasar pisang ini adalah Iis Holisoh, pemilik usaha BNAN yang berdiri sejak 9 Agustus 2014 di Dusun Desakolot, Desa Kertaharja, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.

Iis mempertahankan proses produksi secara tradisional, mulai dari pemilihan bahan hingga pengolahan, tanpa tambahan pemanis buatan. Sale basah produksinya dibuat dari pisang ambon pilihan yang diperoleh dari petani lokal.

“Kami hanya menggunakan pisang tua, matang sempurna, dan kulitnya mulus agar rasa manisnya alami. Pisang difermentasi atau dipeuyeum selama 36 jam, lalu didinginkan selama dua hari untuk menghasilkan aroma khas,” ujar Iis saat ditemui, Rabu (30/4/2025).

Proses selanjutnya adalah pengupasan secara manual dan penjemuran berulang di bawah sinar matahari. Setelah pisang mengering sebagian, dilakukan proses press untuk menghasilkan tekstur yang tipis, lentur, dan manis secara alami.

“Keunggulan kami terletak pada rasa alami dari pisangnya sendiri, tanpa tambahan pemanis buatan,” tambah Iis.

Pisang yang tidak memenuhi standar untuk dijadikan sale basah tetap dimanfaatkan menjadi produk lain, yakni sale kering atau yang dikenal dengan sebutan babangin. Produk BNAN telah dipasarkan hingga ke Bandung dan sejumlah rest area, dengan harga reseller Rp10.000 untuk kemasan 150 gram.

Namun, proses produksi BNAN masih tergantung pada kondisi cuaca karena penjemuran mengandalkan sinar matahari. Iis berharap suatu saat bisa memiliki oven pengering agar produksi lebih efisien dan hasilnya seragam.

“Kalau punya oven, hasil produksinya bisa lebih konsisten, dan waktu pengerjaan lebih singkat,” ujarnya.

Meskipun belum memanfaatkan platform e-commerce, BNAN telah memiliki legalitas usaha lengkap, seperti PIRT, sertifikat halal, Nomor Induk Berusaha (NIB), dan hak merek. Selain itu, BNAN juga menerima dukungan dari pemerintah berupa alat vakum yang membantu menjaga keawetan dan kebersihan produk.

Nama “BNAN” sendiri merupakan akronim dari nama-nama anggota keluarga Iis. “B” adalah singkatan dari buah karya keluarga, “N” dari Neng Iis Holisoh (pemilik), “A” dari Aun (suami), dan “N” terakhir dari Neni Fauziah (anak).

“Usaha ini kami bangun bersama keluarga, dan nama BNAN menjadi pengingat bahwa ini adalah hasil karya kami bersama,” tuturnya dengan bangga.

Meski produk sale basah BNAN mendapat respons positif, Iis mengakui masih menghadapi kendala dalam sistem pembayaran dari mitra.

“Pembayaran dari mitra seringkali baru dilakukan setelah produk mereka jual, bahkan bisa sampai tiga bulan,” ungkapnya.

Salah satu konsumen, Nuraini, mengaku tertarik dengan keunikan sale basah tersebut. “Penampilannya unik dan rasanya manis alami, saya sangat suka,” ujarnya.

Dengan cita rasa otentik dan harga terjangkau, Iis berharap sale basah BNAN dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

“Saya ingin produk ini bisa masuk ke pasar nasional, tapi tetap mempertahankan keaslian rasanya,” pungkasnya.

Editor
Link Disalin