CIAMIS, NewsTasikmalaya.com – Harga berbagai jenis cabai, terutama cabai rawit merah atau dikenal sebagai cengek domba, melonjak tajam dalam sepuluh hari terakhir, memasuki pekan pertama tahun 2025.
Di Pasar Manis Ciamis, harga cabai rawit merah yang sebelumnya berada di kisaran Rp45 ribu per kg pada akhir Desember 2024 kini mencapai Rp100 ribu hingga Rp110 ribu per kg.
Seorang pedagang sayur di Pasar Manis Ciamis, Henhen, mengeluhkan dampak kenaikan harga tersebut.
"Sekarang harga cengek domba sudah Rp100 ribu per kg. Pembeli jadi berkurang, kewalahan," ungkap Henhen, Selasa (7/1/2025).
Kepala UPTD Pasar Manis Ciamis, Dana Sudiana, membenarkan kenaikan harga ini. Ia menjelaskan bahwa lonjakan harga terjadi secara bertahap sejak akhir Desember 2024.
Pada 28 Desember 2024, harga cabai rawit Rp45 ribu/kg, 31 Desember 2024, harga cabai Rp65 ribu per kg. Kemudian pada 2 Januari 2025, harga rawit domba Rp80 ribu per kg, dan 7 Januari 2025, Rp100 ribu hingga Rp110 ribu per kg.
"Kenaikan ini juga terjadi pada jenis cabai lainnya, seperti cabai merah lokal, cabai merah keriting, cabai hijau, dan cabai rawit hijau," jelas Dana.
Cabai merah lokal Rp 50 ribu kg hingga Rp85 ribu per kg. Cabai merah keriting Rp50 ribu pernkg hingga Rp85 ribu per kg, cabai hijau Rp35 ribu per kg hingga Rp55 ribu per kg, dan cabai rawit hijau Rp35 ribu per kg sampai Rp60 ribu per kg.
Ketua KTNA Ciamis sekaligus petani cabai di Desa Cibeureum Sukamantri,Pipin Arif Apilin, mengungkapkan bahwa harga cabai rawit merah di tingkat petani juga naik tiga kali lipat.
"Sepuluh hari lalu harga cabai rawit merah di petani masih Rp 25.000/kg. Hari ini sudah Rp75 ribu per kg," ujarnya.
Pipin juga menjelaskan bahwa kenaikan harga ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan selama liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru), sementara produksi menurun akibat cuaca buruk dan serangan hama.
Cabai merah keriting Rp25 ribu per kg - Rp45 ribu kg, cabai besar TW Rp20 ribu per kg - Rp35 ribu per kg, cabai lokal tanjung Rp20 ribu per kg - Rp 40 ribu kg.
"Hasil panen berkurang hingga 30 persen akibat serangan hama seperti antraknos, patek, dan fusarium, yang diperparah kondisi cuaca," tambahnya.
Selain hama, luas area panen juga menyusut. Pipin menyebutkan bahwa dari total 30 hektare kebun cabai di Sukamantri, hanya sekitar 15 hektare yang masih produktif, itupun di masa akhir panen.
"Kami berharap area tanam berikutnya bisa memenuhi target panen untuk bulan puasa dan Lebaran," tutupnya.
Kenaikan harga cabai yang signifikan ini menjadi tantangan bagi pedagang dan konsumen, sekaligus peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatan di tengah situasi sulit.