Ikuti Kami :

Disarankan:

Harga Cabai Rawit Semakin Pedas, Pelaku Usaha Kuliner di Tasikmalaya Berinovasi untuk Bertahan

Minggu, 19 Januari 2025 | 09:46 WIB
Harga Cabai Rawit Semakin Pedas, Pelaku Usaha Kuliner di Tasikmalaya Berinovasi untuk Bertahan
Harga Cabai Rawit Semakin Pedas, Pelaku Usaha Kuliner di Tasikmalaya Berinovasi untuk Bertahan. Foto: NewsTasikmalaya.com/Denden.

Harga cabai rawit yang melonjak hingga Rp150 ribu per kilogram mulai berdampak pada sektor kuliner di Tasikmalaya. Para pelaku usaha, seperti pedagang bakso, penjual lauk pauk, hingga penjual seblak, terpaksa mencari cara untuk menekan biaya produksi tanpa menaikkan harga jual secara signifikan.

TASIKMALAYA, NewsTasikmalaya.com - Harga cabai rawit yang melonjak hingga Rp150 ribu per kilogram mulai berdampak pada sektor kuliner di Tasikmalaya. Para pelaku usaha, seperti pedagang bakso, penjual lauk pauk, hingga penjual seblak, terpaksa mencari cara untuk menekan biaya produksi tanpa menaikkan harga jual secara signifikan.  

Aeni Suharyanti, pedagang cabai rawit yang memasok ke rumah makan di Tasikmalaya, mengaku masih mampu menjaga stok meski harga cabai terus meroket. Ia menjual cabai rawit bersih dengan harga Rp150 ribu per kilogram dan mampu menjual hingga 100 kilogram per hari.  

"Cabai saya datangkan dari Jawa Tengah melalui pemasok online. Meskipun mahal, pelanggan tetap ada, terutama dari pelaku usaha rumah makan," kata Aeni, Sabtu (18/1/2025).  

Selain menjual cabai segar, Aeni juga memproduksi cabai kering dengan proses mencuci, merebus, dan menjemur. Cabai kering dijual seharga Rp40 ribu per kilogram dan digunakan untuk produk olahan seperti minyak cabai atau sambal campuran.  

Pelaku usaha makanan di Tasikmalaya mulai mengadaptasi strategi untuk menghadapi lonjakan harga. Siti Nurmaya, pedagang bakso keliling, mengurangi penggunaan cabai rawit dalam sambalnya dengan menggantinya menggunakan campuran cabai kering.  

"Saya mengurangi komposisi cabai rawit dari 100% menjadi 80%, sisanya saya pakai cabai kering. Ini untuk menghemat biaya," ungkap Siti.  

Dedeh, penjual lauk matang, memilih mengganti cabai rawit dengan cabai merah keriting sebagai bahan utama sambalnya.  

"Cabai merah keriting lebih terjangkau dan tetap memberikan rasa pedas yang pas. Ini solusi sementara sampai harga cabai rawit turun," jelas Dedeh.  

Lonjakan harga cabai rawit juga menciptakan peluang baru di pasar, terutama untuk produk olahan seperti cabai kering dan minyak cabai yang semakin diminati.  

Namun, pelaku usaha kuliner berharap harga cabai rawit segera stabil. Mereka khawatir kenaikan harga yang berlarut-larut dapat memengaruhi daya beli konsumen dan keberlanjutan usaha mereka.  

"Kami hanya berharap harga segera turun agar bisa tetap memenuhi kebutuhan konsumen tanpa harus menaikkan harga masakan," kata Siti.  

Kenaikan harga cabai rawit ini menjadi tantangan besar bagi sektor kuliner di Tasikmalaya yang sangat bergantung pada bahan tersebut sebagai penentu cita rasa masakan.

Editor
Link Disalin